Pengaruh Pola Parenting Anak Usia SD. Bunda Sudah Tahu?
07-11-2023

Tanpa disadari, gaya parenting orang tua terhadap anak yang diterapkan setiap hari memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan mental anak usia sekolah. Pada umumnya, pola pengasuhan di setiap keluarga tidaklah sama, sehingga menghasilkan anak-anak dengan karakter yang berbeda pula, mulai dari yang penurut, mampu berpikir kritis, percaya diri, pemalu, dan masih banyak lagi.
Menurut National Library of Medicine, perbedaan gaya parenting anak usia SD dalam setiap keluarga terjadi karena beberapa faktor, seperti latar belakang budaya, status sosial dan ekonomi, gaya berkomunikasi, serta pengalaman masa kecil yang dialami oleh orang tua. Untuk mengetahui beberapa jenis pola pengasuhan dan pengaruhnya terhadap Si Buah Hati, simak penjelasannya berikut ini.
4 Gaya Parenting Orang Tua Terhadap Anak
Mengutip dari situs Lembaga Mahasiswa Psikologi Universitas Gadjah Mada dan American Psychological Association, terdapat empat gaya pengasuhan orang tua dan pengaruhnya terhadap perkembangan mental Si Buah Hati sebagai berikut.
Pola asuh permisif
Parenting mendidik anak dengan gaya permisif akan memposisikan orang tua sebagai teman bagi anak-anaknya. Umumnya orang tua permisif cenderung hangat, mengayomi anak-anaknya, dan memiliki tuntutan yang sangat rendah. Mereka akan memberikan kebebasan bagi anaknya untuk membuat keputusan sendiri dalam hidupnya dan menahan diri untuk tidak ikut campur kecuali anak-anak yang memintanya.
Dampaknya:
Kelebihan yang didapatkan dari pola asuh permisif adalah anak terlatih untuk membuat keputusan sendiri, memiliki harga diri yang baik, serta memiliki keterampilan sosial yang baik. Sayangnya, tak jarang juga Si Buah Hati merasakan dampak yang kurang baik dari pola pengasuhan permisif, salah satunya adalah masalah kesehatan seperti obesitas akibat anak bisa mengonsumsi berbagai makanan sesuka hati tanpa ada batasan dari orang tua.
Selain masalah kesehatan, anak-anak yang mendapatkan pola pengasuhan permisif juga cenderung lebih impulsif, banyak menuntut, egois, kurang bisa mengatur diri sendiri. Tuntutan orang tua yang sangat rendah membuat Si Buah Hati menjadi kurang disiplin, sehingga mereka cenderung lebih sering melakukan kebiasaan negatif, seperti bebas menentukan waktu tidur, waktu bermain, makan, dan mengerjakan pekerjaan rumah.
Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh ini disebut sebagai pola asuh anak paling ideal karena daya tanggap dan tuntutan sama-sama tinggi. Orang tua memiliki hubungan yang dekat dengan anak dan mendukung setiap hal positif yang mereka lakukan. Selain itu, orang tua juga selalu memberi penjelasan terlebih dahulu tentang dasar dari penerapan aturan serta menjelaskan sebab-akibat dari setiap perbuatan yang mungkin dilakukan oleh anak-anaknya.
Dampaknya:
Parenting anak 7 tahun dengan pola pengasuhan ini akan menghasilkan anak-anak yang bahagia, cakap, percaya diri, mandiri, bertanggung jawab, mampu mengelola emosinya dengan baik, dan cenderung memiliki prestasi akademik yang baik di sekolah. Tak heran, karena pola asuh ini memberi rasa aman dan nyaman bagi anak, serta mengurangi konflik antara orang tua dan anak.
Baca Juga: Pengaruh Pola Asuh terhadap Perkembangan Anak
Pola Asuh Otoriter
Parenting orang tua terhadap anak dengan gaya ini cenderung menerapkan komunikasi satu arah, di mana orang tua menetapkan aturan sangat ketat dan harus dipatuhi oleh Si Buah Hati tanpa ada ruang untuk bernegosiasi. Orang tua menuntut anak untuk menjunjung tinggi standar-standar yang sudah ditentukan tanpa melakukan kesalahan. Saat Si Buah Hati melakukan kesalahan, maka mereka akan mendapatkan hukuman yang cukup keras, baik berupa kekerasan verbal maupun fisik. Tak heran jika orang tua dengan pola asuh otoriter juga disebut dengan strict parents.
Dampaknya:
Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang otoriter biasanya akan menjadi anak yang paling berperilaku baik di rumah. Hal ini karena mereka sadar akan konsekuensi yang didapatkan dari setiap perilakunya. Selain itu, mereka juga mampu mematuhi instruksi yang tepat untuk mencapai tujuan tertentu.
Sayangnya, pola asuh otoriter juga dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan mental anak. Si Buah Hati akan tumbuh dengan tingkat agresi yang tinggi karena kesulitan mengontrol emosinya, pemalu, tidak memiliki kemampuan bersosialisasi, tidak mampu membuat keputusannya sendiri, memiliki harga diri yang rendah, dan membuat mereka untuk memberontak terhadap figure otoritas saat tumbuh dewasa nanti.
Pola Asuh Abai
Pola asuh abai dinilai sebagai parenting anak 7 tahun yang paling tidak ideal karena membuat Si Buah Hati untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Orang tua benar-benar lepas tangan dalam mengasuh, jarang berkomunikasi dengan anaknya, dan tidak memberi perhatian serta panduan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Dampaknya:
Si Buah Hati cenderung tumbuh sebagai pribadi yang lebih tangguh dan mandiri dibanding anak-anak dari jenis pengasuhan lainnya. Sayangnya, mereka mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi dan memiliki kemampuan bersosialisasi yang buruk. Hal ini membuat Si Buah Hati tumbuh menjadi individu yang punya penghargaan diri rendah, memiliki kontrol diri yang rendah, rentan mengalami masalah mental, tidak bahagia, dan tidak memiliki prestasi secara akademis di sekolah.
Cara Memperbaiki Parenting Orang Tua Terhadap Anak
Nah, dari keempat gaya pengasuhan di atas, mana yang paling sesuai dengan pola yang Ayah dan Bunda terapkan terhadap Si Buah Hati? Jika kebetulan terlanjur menerapkan pola asuh yang salah, yuk segera perbaiki dengan beberapa cara berikut ini.
Mengajak pasangan untuk merubah gaya pengasuhan. Misalnya dengan membuat aturan dan batasan yang jelas untuk setiap hal yang dilakukan oleh anggota keluarga.
Melibatkan anak dalam pembuatan aturan. Diskusikan aturan-aturan apa saja yang diperlukan dan jangan lupa tanyakan pendapat dan diskusikan bersama anggota keluarga.
Tentukan konsekuensi yang jelas dan masuk akal bagi yang melanggar aturan. Misalnya saat anak-anak malas untuk mencuci piring bekas makannya, maka konsekuensi yang akan mereka terima adalah tidak boleh makan es krim atau cokelat saat akhir pekan.
Meyakinkan diri sendiri bahwa menjadi orang tua yang baik bukan berarti harus membebaskan dan mengabulkan semua permintaan anaknya. Sebaliknya, sebagai orang tua harus mengajarkan anak bahwa butuh usaha keras untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dan ada konsekuensi yang harus diterima untuk setiap perbuatan yang dilakukannya.
Mencoba untuk selalu hadir dalam setiap momen anak-anak.
Selain menerapkan beberapa cara parenting di atas, Bunda juga perlu memperhatikan Si Buah Hati dengan cara memberikan asupan makanan sesuai dengan kebutuhan gizi hariannya dengan baik. Tak cukup hanya dengan makanan bergizi, Bunda juga bisa melengkapinya dengan memberikan susu DANCOW FortiGro.
DANCOW FortiGro merupakan susu yang diformulasikan khusus untuk anak usia 6–12 tahun dengan manfaat kandungan vitamin dan mineral yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental serta mendukung imunitas Si Buah Hati seperti:
Kandungan vitamin dan mineral yang dapat mendukung proses belajar dan meningkatkan imunitas seperti zat besi, zink, vitamin A, C, dan D.
Kandungan gizi untuk dukung proses belajar seperti vitamin B1, B2, B3, B6, serta Omega 6 dan DHA (khusus varian Instant kemasan boks).
Kandungan gizi untuk membantu pertumbuhan seperti protein dan kalsium.
Selain cocok dikonsumsi untuk mendukung tumbuh kembang anak sekolah, DANCOW FortiGro juga bisa dinikmati oleh seluruh anggota keluarga selama tidak ada pantangan atau alergi susu sapi. Kini tersedia dalam tiga macam varian yaitu Instant, Cokelat, dan Full Cream, serta dilengkapi dengan kemasan UHT siap minum rasa Cokelat, Stroberi, dan Vanila yang praktis untuk dikonsumsi kapan saja dan di mana saja.
Ayo, lengkapi ketersediaan DANCOW Fortigro di rumah sekarang juga untuk dukung Si Buah Hati siap sekolah!